about

Name: Ayu Puspitasari
From: Surabaya, Indonesia
About me: Aku anak cew berkerudung, orgnya baik hati tp kadang2 keras kepala jg.Menurutku aku ank yg tergolong rajin karena kebiasaanku adl membawa buku pelajaran selengkap mungkin ke sekolah
More..
Counter

Free shoutbox @ ShoutMix
Hewan Peliharaanku

adopt your own virtual pet!
Credits
Layout design by: Pannasmontata
cardcapter sakura
Tuesday, October 30, 2007,7:29 PM
Cerpenku
Jalan Hidup Seorang Bayu
Cerpen Karya Ayu Puspitasari

Berjalan tergesa-gesa menelusuri koridor sekolah yang sepinya bukan main dan tanpa sengaja…. Bukk! Tabrakan dengan gadis cantik satu sekolah pun tak terhindarkan.
“Sorry ya, aku nggak sengaja!” kata Bayu.
“Nggak pa-pa kok! Perlu dibantuin nggak! O ya nama kamu siapa?” kata si gadis menawarkan bantuannya.
“Nggak usah deh, nanti ngrepotin kamu! O ya namaku Bayu, kalo kamu?” tanya Bayu.
“Namaku Rani.” jawab Rani.
“Sudah dulu ya, aku lagi buru-buru nih!” kata Bayu.
Dengan perasaan bersalah campur bahagia, Bayu meninggalkan Rani sendirian di koridor dan melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan.
Teng…teng…teng
Bel tanda masuk kelas pun berbunyi dengan nyaringnya dan ini tanda bahwa Bayu harus segera pergi menuju kelasnya. Sesampainya dikelas, ternyata tak ada seorang guru pun yang mengajar dan ini kesempatan bagi Bayu untuk kembali ke perpustakaan dan belajar dengan giat di sana. Lagipula dia termasuk murid kelas akselerasi sehingga harus giat belajar.
Tiga jam telah berlalu dan bel tanda pelajaran berakhir pun telah berbunyi. Bayu pun bergegas merapikan buku-bukunya agar bisa segera pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, hanya kegiatan yang membosankan saja yang dia lakukan. Baca buku, ngerjakan tugas, dengerin radio, dan lain-lain. Pokoknya nggak menarik deh.
Keesokan harinya di sekolah, Bayu bertemu lagi dengan Rani dan ini merupakan pertemuan mereka yang kedua semenjak kejadian tabrakan di koridor kemarin siang.
“Hai Bayu, gimana kabar nih?” tanya Rani.
“Baik kok, kalo kamu sendiri gimana?” tanya Bayu.
“Baik juga kok! O ya Bayu, kamu kan pinter, anak kelas akselerasi pula, mau nggak ngajarin aku pelajaran kimia?” tanya Rani.
“Boleh! Trus kapan nih aku harus ngajarin kamu?” tanya Bayu.
“Kalo besok, kamu bisa?” tanya Rani lagi.
“Bisa kok, nggak masalah!” jawab Bayu.
“Makasih ya, Bayu!” kata Rani.
Keesokan harinya Bayu pergi ke rumahnya Rani dan belajar bareng di sana. Kegiatan belajar bareng ini terus berlangsung hingga ujian akhir bagi Bayu tiba. Dan selama mereka belajar bareng, rasa sayang diantara mereka berdua tumbuh secara perlahan.
“O ya, Ran! Abis gini kan aku lulus dan sebelum aku lulus, kamu mau nggak jadi pacarku?” tanya Bayu.
“Ehm…iya deh, kan aku juga sayang ma kamu!” jawab Rani.
“Makasih ya!” kata Bayu.
Ujian pun mulai berlangsung, dan Bayu juga sedang menjalani ujian itu dengan seriusnya. Tak berapa lama, hasil ujian diumumkan pada semua murid kelas tiga dan Bayu mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Karena sudah lulus SMA, Bayu pun ingin melanjutkan kuliah ke salah satu Universitas di Surabaya. Bayu di terima di ITS jurusan Teknik Kimia dan ini membuatnya sangat senang. Dengan semua kejadian menyenangkan yang dia alami, Bayu ingin mengajak pacarnya bejalan-jalan dengan sepeda motor mengelilingi kota Surabaya. Tapi kejadian yang tak di duga terjadi, kecelakaan menimpa Bayu dan Rani ketika mereka sedang bejalan-jalan mengelilingi kota Surabaya. Brruuak…! sebuah mobil Tronton menabrak mereka berdua. Kecelakaan ini menewaskan sang gadis “Rani” sedangkan Bayu tak mengalami luka sedikit pun.
“Rani…..bangun Rani!” teriak Bayu.
Tapi tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Rani yang sedang sekarat. Dengan perasaan bersalah, Bayu menggendong Rani dan membawanya pulang ke rumah Rani. Sesampainya di sana, hanya caci maki yang diterima oleh Bayu akibat kejadian itu. Karena rasa bersalah yang terlalu mendalam, Bayu pergi ke Jakarta dan hidup sebagai “pemakai”. Ketika dia sedang tak sadarkan diri karena obat-obatan dan minunam keras itu, sebuah belati telah mengukuir sebuah nama pacarnya di lengan kirinya dan karena hal itu dia hampir menuju kematiannya. Temen-temannya sesama “pemakai” melihat tangan Bayu yang berlumuran darah kaget tak terkira dan mereka segera melakukan pertolongan pertama pada diri Bayu.
Hingga beberapa lama dia menjadi seorang “pemakai” tapi di suatu ketika dia sadar dan kembali pada jalan yang benar, hidup sebagai orang normal dan jauh dari NARKOBA, dan dia kembali ke kota Surabaya melanjutkan kuliahnya yang sudah tebengkalai beberapa lama. Sesampainya di Surabaya, dia tak langsung kuliah melainkan mencari pekerjaan dahulu karena dia sudah tak punya uang lagi. Berbekal pengalaman yang pas-pasan, dia melamar pekerjaan sebagai penjaga warnet. Di warnet itulah Bayu bertemu teman baru, salah satunya Rere dan Sari. Pertemuan antara Bayu dan Rere berjalan lancar saja tapi pertemuan antara Bayu dan Sari di awali dengan penolakan kue yang di berikan pada Bayu.
“Lho, Rere ma Sari abis bikin kue ya!” sapa anak-anak penjaga warnet kecuali si Bayu karena dia orang baru di situ jadi nggak kenal ma mereka berdua.
“Iya, mas-masnya mau?” tanya mereka berdua.
Si Rere menawarkan kuenya kepada Mas Udin sedangkan Sari menawarkan pada Bayu sekalian mau berkenalan dengan dia. Tapi apa yang di dapat oleh Sari.
“Ehm…kamu mau kue nggak?” tanya Sari pada Bayu.
“Ah kue kayak gitu aja, nggak level ma aku!” jawab Bayu.
“Mas Udin mau?” tanya Sari.
“Boleh, aku ambil satu ya?” jawab Mas Udin.
“Yuk Re, kita pulang aku males di sini ada orang yang sombongnya bukan main!” ajak Sari pada Rere.
Keesokan harinya Sari dan Rere datang lagi ke warnet tempat Bayu bekerja, tapi ketika Rere asyik chatting Bayu kabingungan melihat Sari yang sinis kalo lagi lihat wajah Bayu dan tiba-tiba Bayu bertanya pada Sari.
“Kenapa kamu kok sinis kalo lihat aku?” tanya Bayu pada Sari.
“Itu salah kamu sendiri yang menghina kue masakanku kemarin!” jawab Sari.
“Kapan, aku kok lupa ya!” kata Bayu.
“Lupa! Aku nggak bakalan lupa sama kata-katamu yang bilang bahwa kue masakanku nggak level ma kamu!” kata Sari.
“Oh yang itu, maaf kemarin aku sakit gigi!” kata Bayu.
“Kalo sakit kenapa nggak bilang aja, nggak usah menghina gitu!” kata Sari.
“Maafin aku ya!” pinta Bayu.
“Ya udah deh nggak usah dipikirin!” jawab Sari.
“Makasih ya! O ya nama kamu siapa?” tanya Bayu.
“Namaku Sari, kalo kamu?” tanya Sari.
“Namaku Bayu.” jawab Bayu.
Setelah beberapa hari Sari main ke warnet tempat Bayu bekerja, Sari jadi makin deket sama Bayu dan Sari sudah mengganggapnya sebagai kakaknya begitu juga sebaliknya.
Pada suatu waktu, Bayu memutuskan untuk pindah kerja. Dia ingin melamar sebagai pegawai di salah satu minimarket di Surabaya. Dan lamaran kerja yang dia ajukan di terima sehingga dia harus segera pindah kerja. Dia di tempatkan di minimarket di daerah Ketintang dan minimal dua kali dalam sebulan dia datang ke warnet tempat dia bekerja dulu sekalian bantu-bantu di sana karena di warnet itu masih kekurangan pegawai. Sudah cukup lama sejak dia pindah ke tempat kerja yang baru, dan Sari hanya bisa menyapanya lewat sms-sms yang selalu dikirimnya buat Bayu.
Kira-kira seminggu yang lalu, Bayu datang ke warnet tempat kerjanya yang dulu. Sari sebagai temen yang care banget ma Bayu nggak bisa bertemu sama dia karena Sari masih ada di rumah orang tuanya di Sidoarjo dan hanya Rere yang bisa menemuinya. Setelah Sari kembali ke Surabaya, dia langsung bertanya tentang keadaan Bayu kepada Rere.
“Eh, Re! Gimana keadaannya si Bayu sekarang?” tanya Sari.
“Baik-baik aja kok, Sar!” jawab Rere.
“Syukur deh kalo gitu, aku takut kalo dia sakit lagi!” kata Sari.
“Jangan khawatir, dia sehat-sehat aja kok!” kata Rere.
“O ya dia tambah kurus atau tambah gemuk?” tanya Sari.
“Tambah kurus tuh!” jawab Rere.
“O ya, Sar! Bayu bilang kalo dia mau pindah agama tuh!’ kata Rere.
“Hah…aku nggak salah denger kan, Re!” teriak Sari.
“Nggak…kamu ngggak salah denger kok!” Rere balas teriak.
Pada saat itu juga, Sari sms Bayu dan menanyakan tentang cerita yang di sampaikan oleh Rere, tapi sms dari Sari nggak ada satupun yang di balas oleh Bayu. Esoknya Sari sengaja beli pulsa agar Sari bisa langsung telpon Bayu dan menanyakan pernyataan yang di sampaikan oleh Rere.
“Hallo…ini Bayu ya?” tanya Sari dari ponselnya.
“Iya…ada apa, Sar? Tumben telpon!” jawab Bayu di seberang.
“Gimana kabar nih?” tanya Sari.
“Baik kok!” jawab Bayu.
“Ehm…Bayu apa bener kamu mau pindah agama?” tanya Sari.
“Emangnya kenapa?” Bayu balik bertanya.
“Aku bakalan kecewa banget kalo kamu sampai pindah agama, jadi kamu jangan pindah agama ya?” pinta Sari.
“Aku nggak jadi pindah agama kok,Sar!”jawab Bayu.
“Syukur deh! Aku seneng lho banget ngedengernya, ya udah sampai ketemu di lain waktu!” kata Sari.
“Oke… sampai ketemu di lain waktu!” balas Bayu.
Pembicaraan antara Bayu dan Sari akhirnya terhenti juga. Kini perasaan Sari sudah mulai tenang karena telah mendengar bahwa Bayu tak jadi pindah agama. Semua perkiraan jelek telah terhapus dari pikiran Sari. Kini Sari hanya bisa berpikir haruskah jalan hidup seorang Bayu serumit rumus matematika yang baru di pelajari Sari kemarin. Dan haruskah Bayu menerima jalan hidup yang rumit ini. Semoga Bayu bisa menjalani hidup ini dengan baik tanpa ada halangan apapun dan semoga dia mendapat seorang kekasih hati sebaik dan secantik Rani. Inilah jalan hidup seorang Bayu yang rumit dan penuh dengan liku-liku.
posted by Ayu Puspitasari
Permalink |